personal links: facebook twitter




information
Invincible One!
Hi, My name is Yoan, but I'd rather called Mirai in cyber world I am an English Literature student at one of not-so-prestige university in Indonesia. I like almost everything, especially listening to music, writing and well, procrastinating. I have a tendency to be introvert, but if I found you interesting enough, I'd probably transform into super extrovert. This blog contains all my ramblings, thoughts, perspectives and some meaningless writing. From Mars With Love -Mirai-

September 2010 Maret 2011 Mei 2011 Juli 2011 Januari 2012 April 2012 Mei 2012

I Write My History.

archives

links

Hi fella 麗 sweet and bitter of love 愛 F I R E F L Y


"Please rest a moment in the shades of my monotonous life."



title:Dan ketika ini menjadi candu...
1 Comments:

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

By Blogger Mirai, at 14 April 2012 pukul 19.20  

Post a Comment

5:36 AM
7 Apr 2012

730 Kata dan Dia



Langit-langit kamarku tak pernah terlihat seluas, setinggi dan sesendu ini sebelumnya.

 Kasur yang sedang menopang tubuhku sekarang  tak pernah terasa sesakit, sedingin, dan serumit ini sebelumnya.

Aku benci hening. Jangan khawatir, karena aku juga benci keramaian. Yang aku benci dari hening adalah  ia dan segala kekuatan mistisnya dalam menteleportasi masa lalu. Dan kau, my old bestfriend. Aku benci menjadi satu-satunya orang yang mengingat masa lalu. Melihat kita di masa lalu, dan selalu menjadi satu-satunya orang yang memimpikan cerita indah di antara kenangan itu. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku berharap untuk salah.

Aku menghela nafas dan berbalik memeluk bantal dengan erat didada, berharap perasaan ini ikut terhimpit dan lenyap. Ini sudah yang kesekian kalinya, Romeo. Apa kau tak bosan bermain peran dalam segala film yang aku buat dalam pikiranku? Karena aku sudah lelah, sampai pada titik aku ingin berteriak di depan wajahmu untuk enyah, pergi, hilang, terserah kemana saja. Dan kau menolak.

Aku ingat hari itu, sama seperti hari-hari menyenangkan lain, yang membedakannya hanya kerangka waktu. It was one of so many memorable days we’ve made. Saat itu sore hari, aku menggiring sepeda roda dua baruku ke rumahmu, kita seperti saling berjanji dalam hati, dan kau berjanji untuk mengajariku mengendarai sepeda roda dua, level paling sulit untuk anak umur 6 tahun, dan kau sudah menguasainya. Saat aku sampai kau sedang bermanuver di halaman rumahmu yang bergelombang, mengenakan t-shirt power ranger kesukaanmu, kau melihatku dan tersenyum.

“Mulai dari sini!” kau bilang sambil mengayuh sepedamu ke teras depan yang lebih tinggi, pinggiran teras itu di beri landasan semen yang dibentuk miring untuk memudahkan keluar-masuknya motor. “Lihat ya!” kau berseru dan meluncur dari sana dengan cepat, terus mengayuh tanpa terjatuh mengelilingi halaman rumahmu yang bergelombang, kemudian kembali menaiki teras, berbalik dan memerkan senyum lebarmu.

“Whoaaa!” aku takjub, dan dengan tidak sabar menggiring sepedaku ke teras, tanpa diminta kau bergeser untuk memberiku ruang, setelah aku sudah siap di posisiku, tanpa aba-aba kitapun meluncur. Bedanya, kau melaju kencang dan terus mengayuh, sedangkan aku melaju kencang dan harus berhenti karena tanganku yang bergetar karena tak bisa menahan keseimbangan.

“Lagi, lagi!!” kau menyuruhku untuk terus mencoba. Sampai pada latihanku yang kesekian hari itu, aku bisa menyusulmu di sudut terjauh halaman rumahmu yang bergelombang. Aku tak bisa berhenti untuk terus mengulanginya, walau harus menggiring sepeda ke teras setiap akan mulai. Kali ini aku akan menyusulmu lagi, tanpa tangan yang bergetar. Pasti. Aku kayuh pedal dalam-dalam dan meluncur, menikmati terpaan angin sore di wajahku, dengan gesit menghindari undakan-undakan kecil ditanah. Aku terlalu berkonsentrasi pada aksiku kali ini dan tidak sadar kalau kau datang ke arahku, sepeda kita bertemu, dengan keras dan sedikit menyakitkan.

Latihan untuk hari itu selesai. Kau meringis kesakitan saat ibumu mengobati luka di lututmu. Aku hanya bisa melihat dan merasa bersalah, bahkan hingga sekarang. Setelah ibumu selesai dengan tugasnya, kau menarik tanganku untuk kembali ke halaman rumahmu yang bergelombang dan melanjutkan latihanku, dengan senyuman yang sama. Latihan untuk hari itu selesai, Romeo.

Kau, halaman rumahmu yang bergelombang, nintendo, komik monica, pokemon, power rangers, dan kenangan. Terima kasih, my old bestfriend. Aku tak menyangkal bila ini akan terdengar aneh, tapi bisakah kita mengulanginya lagi? Dengan senyum dan perasaan yang sama, dengan kita yang sekarang?

My old bestfriend, bisakah kita minta pada dunia untuk jadi pengecualian, untuk tidak mengikuti arusnya? Karena ternyata menjadi seperti kita, menjadi aku yang sekarang adalah jebakan. Aku rindu saat-saat di mana naif adalah teman bermain yang paling setia, atau di saat belum ada batas tembok kasat mata selebar jagat raya untuk menggenggam tanganmu. Aku tidak tau harus menyalahkan siapa, Tuhan, dunia, atau aku yang overdosis ego. Dan sungguh, aku butuh penguat untuk terus menyangkal.

Aku menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku, berharap monster masa lalu itu tidak mengganggu. Tapi aku tidak bisa menolaknya saat ia menggoda, memaksaku mengingatmu. Menjadi pihak yang kalah.

Please, don’t be in love with someone else.”
“Please, don’t have somebody waiting for you.” **

 Karena aku akan melakukan hal yang sama. Karena aku hanya menginginkanmu. Kau, dan hanya kau. Karena aku hampir melupakan semua kenangan, kecual kau. Karena aku percaya Tuhan membuat plot yang akan memperjelas benang merah ini. Walau aku tak begitu paham akan Rules of attraction, aku harap mendambakanmu bukanlah salah satu pelanggarannya.   

Aku benci cinta. Ia dan segala bentuk klisenya yang membosankan.
Aku benci cinta. Ia dan pesta topengnya yang bermelodikan ironi.
Oh, betapa aku sangat membenci cinta. Kecuali kau.
Aku gadis beruntung dengan pikiran kolotnya.

~*~
**Taylor Swift - Enchanted
A/n: sebuah cerita akan terasa lebih menyeramkan jika ditulis berdasarkan kisah nyata.

Label: ,